Friday 28 December 2012

Sekadar Niat Baik Saja Tidak Cukup

Sekadar Niat Baik Saja Tidak Cukup

Oleh : Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Dari Sa’id bin Musayyib, ia melihat seorang laki-laki menunaikan sholat setelah fajar lebih dari dua roka’at, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya. Maka Sa’id bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu bertanya, “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku dengan sebab sholat?” Beliau menjawab, “Tidak, tetapi Alloh akan menyiksamu karena menyelisihi Sunnah.”

TAKHRIJ ATSAR
SHOHIH. Dikeluarkan oleh ad-Darimi dalam Musnad-nya: 1/404/450, al-Baihaqi dalam Sunan Kubra: 2/466, dan Abdurrozzaq dalam al-Mushonnaf no. 4755 dari jalur Sufyan dari Abu Robah dari Sa’id. Sanad atsar ini dishohihkan oleh al-Albani dalam Irwa’ul Gholil: 2/236. Dan diriwayatkan juga oleh al-Khotib al-Baghdadi dalam al-Faqih wal Mutafaqqih: 1/381 dari jalur Makhlad bin Malik dari Athof bin Kholid dari Abdrurrohman bin Harmalah dari Sa’id dengan sanad Hasan.1

FIQIH ATSAR
Syaih Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah mengomentari atsar ini dalam kitabnya, Irwa’ul Gholil (2/236), “Ini adalah jawaban Sa’id bin Musayyib2 yang sangat indah. Dan merupakan senjata pamungkas terhadap para ahlul bid’ah yang menganggap baik kebanyakan bid’ah dengan alasan dzikir dan sholat, kemudian membantai Ahlus Sunnah dan menuduh bahwa mereka (Ahlus Sunnah) mengingkari dzikir dan sholat! Padahal sebenarnya yang mereka ingkari adalah penyelewengan ahlul bid’ah dari tuntunan Rosul shallallahu ‘alihi wa sallam dalam dzikir, sholat, dan lain-lain.”

Jadi, agar amal ibadah kita diterima oleh Alloh, bukan hanya dengan modal niat yang baik dan keikhlasan, melainkan juga harus sesuai dengan tuntunan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam Maka sudah semestinya bagi kita untuk menggali ilmu agar amalan ibadah yang kita lakukan betul-betul sesuai dengan tuntunan beliau. Semoga Alloh menerima amal ibadah kita semua.

1 Dinukil dari Silsilah atsar ash-shohihah karya Abu Abdillah ad-Dani: 1/58, cet, Dar Atsariyyah.
2 Berkata al-Fasii dalam ‘Aqdu Tsamin tentang nama Sa’id radhiallahu ‘anhu “Yang masyhur adalah dengan memfathah huruf ya’ (Baca : Musayyab), namun penduduk Madinah berpendapat dengan mengkasroh huruf ya’ (baca: Musayyib).” (Dinukil dari Dhobthu al-A’lam hlm. 191 karya Ahmad Taimur Basya).

No comments: