Sekadar Niat Baik Saja Tidak Cukup
Sekadar Niat Baik Saja Tidak Cukup
Oleh : Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dari Sa’id bin Musayyib, ia melihat seorang laki-laki menunaikan sholat
setelah fajar lebih dari dua roka’at, ia memanjangkan rukuk dan
sujudnya. Maka Sa’id bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu bertanya,
“Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku dengan sebab sholat?”
Beliau menjawab, “Tidak, tetapi Alloh akan menyiksamu karena menyelisihi
Sunnah.”
TAKHRIJ ATSAR
SHOHIH. Dikeluarkan oleh ad-Darimi dalam Musnad-nya: 1/404/450,
al-Baihaqi dalam Sunan Kubra: 2/466, dan Abdurrozzaq dalam al-Mushonnaf
no. 4755 dari jalur Sufyan dari Abu Robah dari Sa’id. Sanad atsar ini
dishohihkan oleh al-Albani dalam Irwa’ul Gholil: 2/236. Dan diriwayatkan
juga oleh al-Khotib al-Baghdadi dalam al-Faqih wal Mutafaqqih: 1/381
dari jalur Makhlad bin Malik dari Athof bin Kholid dari Abdrurrohman bin
Harmalah dari Sa’id dengan sanad Hasan.1
FIQIH ATSAR
Syaih
Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah mengomentari atsar ini
dalam kitabnya, Irwa’ul Gholil (2/236), “Ini adalah jawaban Sa’id bin
Musayyib2 yang sangat indah. Dan merupakan senjata pamungkas terhadap
para ahlul bid’ah yang menganggap baik kebanyakan bid’ah dengan alasan
dzikir dan sholat, kemudian membantai Ahlus Sunnah dan menuduh bahwa
mereka (Ahlus Sunnah) mengingkari dzikir dan sholat! Padahal sebenarnya
yang mereka ingkari adalah penyelewengan ahlul bid’ah dari tuntunan
Rosul shallallahu ‘alihi wa sallam dalam dzikir, sholat, dan lain-lain.”
Jadi, agar amal ibadah kita diterima oleh Alloh, bukan hanya dengan
modal niat yang baik dan keikhlasan, melainkan juga harus sesuai dengan
tuntunan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam Maka sudah semestinya
bagi kita untuk menggali ilmu agar amalan ibadah yang kita lakukan
betul-betul sesuai dengan tuntunan beliau. Semoga Alloh menerima amal
ibadah kita semua.
1 Dinukil dari Silsilah atsar ash-shohihah karya Abu Abdillah ad-Dani: 1/58, cet, Dar Atsariyyah.
2 Berkata al-Fasii dalam ‘Aqdu Tsamin tentang nama Sa’id radhiallahu
‘anhu “Yang masyhur adalah dengan memfathah huruf ya’ (Baca : Musayyab),
namun penduduk Madinah berpendapat dengan mengkasroh huruf ya’ (baca:
Musayyib).” (Dinukil dari Dhobthu al-A’lam hlm. 191 karya Ahmad Taimur
Basya).
No comments:
Post a Comment