Peringatan Bagi Para Pemuda Dari Bahayanya Isbal
1 : LARANGAN
ISBAL
2 : HUKUM ISBAL BAGI LELAKI
3 : HUKUM ISBAL KERANA SOMBONG DAN TIDAK SOMBONG
4 : TIDAK BOLEH ISBAL SAMA SEKALI
5 : HUKUM MEMANJANGKAN SELUAR
6 : ISBAL TANPA KESOMBONGAN
2 : HUKUM ISBAL BAGI LELAKI
3 : HUKUM ISBAL KERANA SOMBONG DAN TIDAK SOMBONG
4 : TIDAK BOLEH ISBAL SAMA SEKALI
5 : HUKUM MEMANJANGKAN SELUAR
6 : ISBAL TANPA KESOMBONGAN
1 : LARANGAN ISBAL
Segala
puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat kepada para
hambanya berupa pakaian yang menutup aurat-aurat mereka dan memperindah bentuk
mereka. Dan ia telah menganjurkan untuk memakai pakaian takwa dan mengkhabarkan
bahwa itu adalah sebaik-baiknya pakaian.
Saya bersaksi tidak ada yang diibadahi selain Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang maha Esa. Tiada sekutu baginya miliknya segenap kekuasan di langit
dan di bumi dan kepadanya kembali segenap makhluk di hari Akhir. Dan saya
bersaksi bahwa Muhammad itu ialah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak
ada satupun kebaikan kecuali telah diajarkan baginda kepada ummatnya. Dan tidak
ada suatu kejahatan kecuali telah diperingatkan baginda kepada ummatnya agar
jangan mlakukannya. Semoga Shalawat serta Salam tercurah kepada baginda,
keluarganya, dan para sahabatnya dan orang yang berjalan di atas manhaj Baginda
dan berpegang kepda sunnah baginda.
“Wahai kaum muslimin, bertakwalah kalian kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :
” Wahai anak Adam, sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian
indah itu perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian
itu adalah sebahagian dari tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala mudah
mudahan mereka selalu ingat.” (QS Al A’raf -26)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat kepada para hambaNya
berupa pakaian dan keindahan. Dan pakaian yang dimaksudkan oleh ayat ini ialah
pakaian yang menutupi aurat. Dan ar riisy yang dimaksud ayat ini adalah
memperindah secara zhohir. maka pakaian adalah suatu keperluaan yang penting,
sedangkan ar riisy adalah keperluan pelengkap.
Imam Ahmad meriwatkan dalam musnadnya, beliau berkata :
Abu Umamah pernah memakai pakaian baru, ketika pakaian itu lusuh
ia berkata :
“Segala
puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan pakai ini kepadaku
guna menutupi auratku dan memperindah diriku dalam kehidupanku”, kemudian ia
berkata : aku mendengar Umar Ibn Khattab berkata : Rasulullah bersabda : “Siapa
yang mendapatkan pakaian baru kemudian memakainya. Dan kemudian telah lusuh ia
berkata segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan
pakaian ini kepadaku guna menutupi auratku dan memperindah diriku dalam
kehidupanku dan mengambil pakaian yang lusuh dan menyedekahkannya, dia berada
dalam pengawasan dan lindungan dan hijab Allah Subhanahu wa Ta’ala, hidup dan
matinya.” (HR Ahmad, Tirmidzi dan Ibn Majah. Dan Turmudzi berkata hadis ini gharib
)
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan pakaian tubuh
yang digunakan untuk menutup aurat, membalut tubuh dan memperindah bentuk,
Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan bahwa ada pakaian yang lebih bagus dan
lebih banyak faedahnya iaitu pakaian taqwa. Yang pakaian taqwa itu ialah
menghiasi diri dengan berbagai keutamaan-keutamaan. Dan membersihkan dari
berbagai kotoran. Dan pakaian taqwa adalah tujuan yang dimahukan. Dan siapa
yang tidak memakai pakaian taqwa, tidak manfaat pakaian yang melekat di
tubuhnya. Bila seseorang tidak memakai pakaian taqwa, berarti ia telanjang
walaupun ia berpakaian.
Maksudnya :
Pakaian yang disebut tadi adalah agar kalian agar mengingat
nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menyukurinya. Dan hendaknya kalian ingat
bagaimana kalian memerlukan kepada pakaian dhahir dan bagaimana kalian
memelukan kepada pakaian batin. Dan kalian tahu faedah pakaian batin yang tidak
lain adalah pakaian taqwa.
Wahai para hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesungguhnya pakaian
adalah salah satu nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para hambanya yang
wajib disyukuri dan dipuji. Dan pakaian itu memiliki beberapa hukum syariat
yang wajib diketahui dan diterapkan. Para pria memiliki pakaian khusus dalam
segi jenis dan bentuk.
Wanita juga memiliki pakaian khusus dalam segi jenis dan bentuk.
Tidak boleh salah satunya memakai pakaian yang lain. Karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah melaknat laki-laki yang meniru wanita dan wanita yang meniru laki
laki.(HR Bukhari, Abu Daud, Turmudzi dan Nasa’i).
Dan Nabi juga bersabda :
“Semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat wanita yang memakai pakaian laki-laki dan
laki-laki yang memakai pakaian wanita.”( HR Ahmad, Abu Daud, Nasa’I, Ibnu
Majah, dan Ibnu Hiban dan beliau mensahihkannya, serta Al Hakim, beliau berkata
: Hadits ini shahih menurut syarat Muslim).
Haram bagi lelaki untuk melakukan Isbal pada sarung, pakian, dan
celana. Dan ini termasuk dari dosa besar.
Isbal adalah menurunkan pakaian di bawah mata kaki. Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :
“Dan
janganlah engkau berjalan diatas muka bumi ini dengan sombong, kerana
sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak suka kepada setiap orang yang
sombong lagi angkuh.” ( Luqman: 18 )
Dari Umar Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasullulah
Shallallahu'alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa
yang menyeret pakaiannya kerana sombong, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan
melihatnya di hari kiamat.” (HR Bukhari dan yang lainnya ).
Dan dari Ibnu umar juga, Nabi bersabda :
“Isbal
berlaku bagi sarung, gamis, dan serban. Barang siapa yang menurunkan pakaiannya
karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari
kiamat.” ( Hr Abu Daud, Nasa’i, dan Ibnu Majah. Dan hadits ini adalah hadits
yang sahih ).
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
baginda bersabda :
“Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat orang yang menyeret sarungnya kerana
sombong”. (Muttafaq ‘alaihi)
Dalam riwayat Imam Ahmad dan Bukhari dengan bunyi :
“Apa
saja yang berada di bawah mata kaki berupa sarung, maka tempatnya di Neraka.”
Rasullullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam bersabda :
“Ada
tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di
hari kiamat. Tidak dilihat dan dibersihkan (dalam dosa) serta akan mendapatkan
azab yang pedih, iaitu seseorang yang melakukan isbal (musbil), pengungkit
pemberian, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (Hr
Muslim, Abu Daud, Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Wahai para hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam keadaan kita
mengetahi ancaman keras bagi pelaku Isbal, kita lihat sebagian kaum muslimin
tidak serius dalam masalah ini. Dia membiarkan pakaiannya atau seluarnya turun
melewati kedua mata kaki. Bahkan kadang-kadang sampai menyapu tanah. Ini adalah
merupakan kemungkaran yang jelas. Dan ini merupakan keharaman yang menjijikan.
Dan merupakan salah satu dosa yang besar. Maka wajib bagi orang yang melakukan
hal itu untuk segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan juga segera
menaikkan pakaiannya kepada sifat yang disyari’atkan.
Rasullullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sarung
seorang mukmin sebatas pertengahan kedua betisnya. Tidak mengapa ia menurunkan
dibawah itu selama tidak menutupi kedua mata kaki. Dan yang berada dibawah mata
kaki tempatnya di neraka. (HR Malik dalam Muwaththa’ ,dan Abu Daud dengan sanad
yang sahih)
Ada juga pihak yang selain pelaku Isbal, iaitu orang-orang yang
menaikan pakaian mereka di atas kedua lututnya, sehingga tampak paha-paha
mereka dan sebagainya, sebagaimana yang dilakukan atlit, di lapangan-lapangan.
Dan ini juga dilakukan oleh sebahagian pekerja.
Kedua paha adalah aurat yang wajib ditutupi dan haram dibuka.
Dari ‘Ali Radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
“Jangan
engkau singkap kedua pahamu dan jangan melihat paha orang yang masih hidup dan
juga yang telah mati.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan Al Hakim. Al Arnauth
berkata dalam Jami’il Ushul 5/451 : “sanadnya hasan”)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan manfaat kepadaku dan
anda sekalian melalui hidayah kitab-Nya. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendengarkan ucapan yang benar
kejadian mengikutinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala Ta’ala berfirman :
“Apa
yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kalian kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat keras
hukuman-Nya (Al Hasyr : 7)
2 : HUKUM
ISBAL BAGI LELAKI
Rasulullah bersabda :
“Apa
yang ada di bawah kedua mata kaki berupa sarung (kain) maka tempatnya di
neraka” (HR.Bukhori)
Dan baginda berkata lagi ;
“Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat orang yang menyeret sarungnya kerana
sombong”.
dan dalam sebuah riwayat yang berbunyi :
“Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat di hari kiamat kepada orang-orang yang
menyeret pakaiannya kerana sombong.” (HR. Malik, Bukhari, dan Muslim)
dan baginda juga bersabda :
” Ada 3 golongan yang tidak akan
dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat, tidak dilihat dan tidak
disucikan ( dari dosa) serta mendapatkan azab yang sangat pedih, iaitu pelaku
Isbal (musbil), pengungkit pemberian dan orang yang menjual barang dagangannya
dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim, Ibn Majah, Tirmidzi, Nasa’i).
Musbil (pelaku Isbal) adalah seseorang yang menurunkan sarung
atau seluarnya kemudian melepasi kedua mata kakinya. Dan Al mannan yang
tersebut pada hadist di atas adalah orang yang mengungkit apa yang telah ia
berikan. Dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu adalah
seseorang yang dengan sumpah palsu ia mempromosikan dagangannya. Dia bersumpah
bahwa barang yang ia beli itu dengan harga sekian atau dinamai dengan ini atau
dia menjual dengan harga sekian padahal sebenarnya ia berdusta. Dia bertujuan
untuk melariskan dagangannya.
Dalam sebuah hadist yang berbunyi :
“Ketika
seseorang berjalan dengan memakai perhiasan yang membuat dirinya bangga dan
bersikap angkuh dalam langkahnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melipatnya
dengan bumi kemudian dia terbenam di dalamya hingga hari kiamat. (HR.
Mutafaqqun ‘Alaihi)
Rasulullah bersabda :
” Isbal berlaku pada sarung, gamis,
serban. Siapa yang menurunkan sedikit saja kerana sombong tidak akan dilihat
Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat.” (HR Abu Dawud dengan sanad
Shohih).
Hadist ini bersifat umum. Mencakupi pakaian seluar dan yang
lainnya yang yang masih tergolong pakaian. Rasulallah Shallallahu ‘alaihi
wassalam mengkhabarkan dengan sabdanya ;
” Sesungguhnya Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak menerima shalat seseorang yang melakukan Isbal.” (HR. Abu Dawud
dengan sanad yang shahih. Imam Nawawi mengatakan di dalam Riyadlush Sholihin
dengan tahqiq Al Anauth hal: 358)
Melalui hadist-hadist Nabi yang mulia tadi menyatakan bahwa
menurunkan pakaian di bawah kedua mata kaki dianggap sebagai suatu perkara yang
haram dan salah satu dosa besar yang mendapatkan ancaman keras berupa neraka.
Memendekkan pakaian hingga setengah betis lebih bersih dan lebih suci dari
kotoran kotoran . Dan itu juga merupakan sifat yang lebih bertakwa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala .
Oleh kerana itu, wajib bagimu… wahai saudaraku muslimin…, untuk
memendekkan pakaianmu diatas kedua mata kaki karena taat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan mengharapkan pahala-Nya dengan mentaati Rasullullah.
Dan juga kamu melakukannya kerana takut akan hukuman Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan mengharapkan pahala-Nya. Agar engkau menjadi panutan
yang baik bagi orang lain. Maka segeralah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan melakkukan taubat nasuha (bersungguh-sungguh) dengan terus
melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Dan hendaknya engkau telah menyesal atas apa
yang kau perbuat.
Hendaknya engkau sungguh-sungguh tidak untuk tidak mengulangi
perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dimasa mendatang, karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat orang yang mau bertaubat kepada-Nya,
karena ia maha Penerima Taubat lagi maha Penyayang.
“Ya Allah Subhanahu wa Ta’ala, terimalah taubat kami, sungguhnya
engkau maha Penerima Taubat lagi maha Penyayang.”
“Ya Allah Subhanahu wa Ta’ala berilah kami dan semua saudara
saudara kami kaum muslimin bimbingan untuk menuju apa yang engkau ridhoi, kerana
sesungguh-Nya engkau maha Kuasa terhadap segala sesuatu. Dan semoga shalawat
serta salam tercurahkan kepada Muhammad, keluarganya dan sahabatnya.”
3 : HUKUM
ISBAL KERANA SOMBONG DAN TIDAK SOMBONG
Pertanyaan :
Apakah hukumnya memanjangkan pakaian jika dilakukan kerana
sombong atau kerana tidak sombong. Dan apa hukum jika seseorang terpaksa
melakukakannya, apakah kerana paksaan keluarga atau kerana dia kecil atau
kerana sudah menjadi kebiasaan ?
Jawab :
Hukumnya haram sebagaimana sabda Nabi :
“Apa yang
di bawah kedua mata kaki berupa sarung maka tempatnya di Neraka ” (HR.Bukhari
dalam sahihnya )
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahih Abu Dzar ia berkata:
Rasulullah bersabda:
” Ada 3 golongan yang tidak akan
dilihat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari Kiamat, tidak dilihat dan tidak
disucikan (dari dosa) serta mendapatkan azab yang sangat pedih, iaitu pelaku
Isbal (musbil), pengungkit pemberian dan orang yang menjual barang dagangannya
dengan sumpah palsu.” ( HR. Muslim, Ibn Majah, Tirmidzi, Nasa’i).
Kedua hadist ini semakna dengan mencakupi musbil yang sombong
atau kerana sebab lain. Kerana Rasulullah mengucapkan dengan bentuk umum tanpa
mengkhususkan . Kalau ia melakukan kerana sombong maka dosa yang ia lakukan
akan lebih besar lagi dan ancamannya lebih keras, Rasulullah bersabda :
”Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat orang yang menyeret sarungnya kerana
sombong”. (Muttafaq ‘alaihi)
Tidak boleh menganggap bahwa larangan melakukan Isbal itu hanya
kerana sombong saja, kerana rasullullah tidak memberikan pengecualian hal itu
dalam kedua hadist yang telah kita sebutkan tadi, sebagaiman juga baginda tidak
memberikan pengecualian dalam hadist yang lain, Rasul bersabda :
“Jauhilah
olehmu Isbal, kerana ia termasuk perbuaan yang sombong” (HR Abu Daud, Turmudzi
dengan sanad yang shahih).
Baginda menjadikan semua perbuatan Isbal termasuk kesombongan
kerana secara umum perbuatan itu tidak dilakukan kecuali memang demikian. Siapa
yang melakukannya tanpa diiringi rasa sombong maka perbuatannya boleh menjadi
perantara menuju kesana. Dan perantara dihukumi sama dengan tujuan . dan semua
perbuatan itu adalah perbuatan berlebihan lebihan dan mengancam terkena najis
dan kotoran.
Oleh kerana itu Umar Ibn Khatab melihat seorang pemuda berjalan
dalam keadaan pakaiannya menyeret di tanah, ia berkata kepadanya : “Angkatlah
pakaianmu, kerana hal itu adalah sikap yang lebih taqwa kepada Rabbmu dan lebih
suci bagi pakaianmu ( Riwayat Bukhari lihat juga dalam al Muntaqo min Akhbaril
Musthafa 2/451 )
Adapun Ucapan Nabi kepada Abu Bakar As Shiddiq ketika ia berkata
:
“Wahai
Rasulullah, sarungku sering melorot (lepas ke bawah) kecuali aku benar- benar
menjaganya. Maka baginda bersabda :”Engkau tidak termasuk golongan yang
melakukan itu karena sombong.” (Muttafaq ‘alaih).
Yang dimaksudkan oleh oleh Rasulullah bahwa orang yang
benar-benar menjaga pakaiannya bila melorot kemudian menaikkannya kembali tidak
termasuk golongan orang yang menyeret pakaiannya kerana sombong. Kerana dia
(yang benar-benar menjaga ) tidak melakukan Isbal. Tapi pakaian itu melorot
(turun tanpa sengaja) kemudian dinaikkannya kembali dan menjaganya benar-benar.
Tidak diragukan lagi ini adalah perbuatan yang dimaafkan.
Adapun orang yang menurunkannya dengan sengaja, apakah dalam
bentuk cseluar atau sarung atau gamis, maka ini termasuk dalam golongan orang
yang mendapat ancaman, bukan yang mendapatkan kemaafan ketika pakaiaannya
turun. Karena hadits-hadits shahih yang melarang melakukan Isbal besifat umum
dari segi teks, makna dan maksud.
Maka wajib bagi setiap muslim untuk berhati-hati terhadap Isbal.
Dan hendaknya dia takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika melakukannya.
Dan janganlah dia menurunkan pakaiannya di bawah mata kaki dengan mengamalkan
hadits-hadits yang shahih ini. Dan hendaknya juga itu dilakukan karena takut
kepada kemurkaan Alllah dan hukuman-Nya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
sebaik-baik pemberi taufiq.
(Fatwa Syaikh Abdul Aziz Ibn Abdullah Ibn Bazz dinukil dari
Majalah Ad Da’wah hal 218).
4 : TIDAK
BOLEH ISBAL SAMA SEKALI
Pertanyaan:
Bila seeorang melakukan Isbal pada pakaiannya tanpa diiringi
rasa sombong dan angkuh, apakah itu juga diharamkan baginya? Dan apakah hukum
Isbal itu juga berlaku pada lengan pakaian?
Jawab:
Isbal tidak boleh dilakukan secara mutlak berdasarkan sabda
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam :
“Apa
yang berada di bawah mata kaki berupa sarung, maka itu tempatnya di neraka.”
(HR Bukhari dalam shahihnya)
Dan juga karena sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir Ibn Sulaim:
“Jauhilah
Isbal olehmu, kerana itu tergolong kesombongan.” (HR Abu Daud dan Turmudzi
dengan sanad yang shahih)
Dan juga karena sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
yang tsabit dari baginda:
“Ada
tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada
hari kiamat, tidak dilihat dan tidak disucikan dari dosa serta mereka akan
mendapat aazab yang sangat pedih, iaitu pelaku Isbal, pengungkit pemberian dan
orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR Muslim dalam
shahihnya)
Tidak ada beza apakah dia melakukan kerana sombang atau tidak.
Itu berdasarkan keumuman banyak hadits. Dan juga kerana secara keumuman itu
dilakukan kerana sombong dan angkuh, walau dia tidak bermaksud demikian.
Perbuataannya adaalah perantara menuju kesombongan dan keangkuhan.
Dan dalam perbuatan itu juga ada mengandung unsur meniru wanita
dan mempermudah pakaian dikenai kotoran dan najis. Serta perbuatan itu juga
menunjukkan sikap berlebih-lebihan. Siapa yang melakukannya kerana sombong,
maka dosanya lebih besar. Berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam :
“Siapa
yang menyeret pakaiannya karena sombong, Allah tidak akan melihatnya di hari
kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Adapun sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam kepada Abu Bakar
Ash Shiddiq Radliyallah’anhu ketika dia mengatakan kepada baginda bahwa
sarungnya sering melorot kecuali kalau dia benar-benar menjaganya:
“Sesungguhnya
engkau tidak termasuk orang yang melakukannya karena sombong.”(HR Bukhari dan
Muslim)
Ini adalah bantahan bagi orang yang melakukannya, tapi berdalil
dengan apa yang dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq. Bila dia memang benar-benar
menjaganya dan tidak sengaja membiarkannya, itu tidak mengapa.
Adapun lengan baju, maka sunnahnya tidak melewati pergelangan
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebaik-baik pemberi taufiq.
(Fatwa Syaikh Abdul Aziz Ibn Abdullah Ibn Bazz dinukil dari
Majalah Ad Da’wah hal 220).
5 : HUKUM
MEMANJANGKAN SELUAR
Pertanyaan:
Sebahagian orang ada yang memendekkan pakaiannya (gamisnya) di
atas kedua mata kaki, tapi seluarnya tetap panjang. Apa hukum hal itu?
Jawab:
Isbal adalah perbuatan haram dan mungkar, sama saja apakah hal
itu terjadi pada gamis atau sarung. Dan Isbal adalah yang melewati kedua mata
kaki berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
“Apa
yang di bawah kedua mata kaki berupa sarung, maka tempatnya di neraka.” (HR
Bukhari)
Dan baginda Shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
“Ada
tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada
hari kiamat, tidak dilihat dan tidak disucikan dari dosa serta mereka akan
mendapat aazab yang sangat pedih, iaitu pelaku Isbal, pengungkit pemberian dan
orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR Muslim dalam
shahihnya)
Baginda juga bersabda kepaada sebahagian para sahabatnya:
“Jauhilah
Isbal olehmu, kerana itu termasuk kesombongan.” (HR Abu Daud dan Turmudzi
dengan sanad yang shahih)
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa Isbal termasuk salah satu
dosa besar, walau pelakunya mengira bahwa dia tidak bermaksud sombong ketika
melakukannya, berdasarkan keumumannya. Adapun orang yang melakukannya karena
sombong, maka dosanya lebih besar berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam :
“Siapa
yang menyeret pakaiannya kerana sombong, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan
melihatnya di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kerana perbuatan itu menggabung antara Isbal dan kesombongan.
Kita mengharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia memberi keampunan.
Adapun ucapan Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakr ketika dia
berkata kepada Baginda:
” Wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam, sarungku sering turun kecuali kalau aku benar-benar menjaganya.” Maka
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:” Engkau tidak termasuk
orang yang melakukan hal itu kerana sombong.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits ini tidak menunjukkan bahwa Isbal boleh dilakukan bagi
orang yang tidak kerana sombong. Tapi hadits ini menujukkan bahwa orang yang
sarungnya atau seluarnya melorot tanpa maksud sombong kemudian dia benar-benar
menjaganya dan membetulkannya tidak berdosa. Adapun menurunkan seluar di bawah
kedua mata kaki yang dilakukan sebahagian orang adalah perbuatan yang dilarang.
Dan yang sesusai dengan sunnah adalah hendaknya gamis atau yang sejenisnya,
ujungnya berada antara setengah betis sampai mata kaki dengan mengamalkan semua
hadits-hadits tadi.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebaik-baik pemberi taufiq
(Fatwa Syaikh Abdul Aziz Ibn Abdullah Ibn Bazz dinukil dari
Majalah Ad Da’wah hal 221).
6 : ISBAL
TANPA KESOMBONGAN
Pertanyaan :
Apakah menurunkan pakaian melewati kedua mata kaki (Isbal) bila
dilakukan tanpa sombong didanggap suatu yang haram atau tidak ?
Jawab :
Menurunkan pakaian di bawah kedua mata kaki bagi lelaki adalah
perkara yang haram. Apakah itu kerana sombong atau tidak. Akan tetapi jika dia
melakukannya kerana sombong maka dosanya lebih besar dan keras, berdasarkan
hadist yang tsabit dari Abu Dzar dalam Shahih Muslim, bahwa Rasulullah bersabda
:
“Ada
tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di
hari kiamat, tidak dibersihkan dari dosa serta mereka akan mendapatkan azab
yang pedih.”
Abu Dzarr berkata : “Alangkah rugi dan bangkrutnya mereka
ya Rasulullah!
Baginda berkata: “(Mereka adalah pelaku Isbal,
pengungkit pemberian dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu” ( HR
Muslim dan Ashabus Sunan)
Hadis ini adalah hadist yang mutlak akan tetapi dirinci dengan
hadist Ibnu umar, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersada :
“Siapa
yang menyeret pakaiannya kerana sombong tidak akan dilihat oleh Allah Subhanahu
wa ta’ala pada hari kiamat.”(HR Bukhari)
Kemutlakan pada hadist Abu Dzar dirinci oleh hadist Ibnu Umar,
jika dia melakukan kerana sombong Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan
melihatnya, membersihkannya dan dia akan mendapatkan azab sangat pedih. Hukuman
ini lebih berat dari pada hukuman bagi orang yang tidak menurunkan pakaian
tanpa sombong. Karena Nabi berkata tentang kelompok ini dengan:
“Apa
yang berada dibawah kedua mata kaki berupa sarung maka tempatnya di neraka” (HR
Bukhari dan Ahmad)
Ketika kedua hukuman ini berbeza, tidak boleh membawa makna yang
mutlak kepada pengecualian, kerana kaedah yang membolehkan untuk megecualikan
yang mutlak adalah dengan syarat bila kedua nash sama dari segi hukum.
Adapun bila hukum berbeza maka tidak boleh salah satunya
dikecualaikan dengan yang lain. Oleh kerana ini ayat tayammum yang berbunyi :
“Maka
sapulah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian dengan tanah itu.” (Al
Maidah :6).
Tidak boleh kita kecualikan dengan ayat wudlu yang berbunyi :
“Maka
basuhlah wajah wajah kalian dan tangan tangan kalian sampai siku. ( Al Maidah :
6).
Maka kita tidak boleh melakukan tayammum sampai kesiku. Itu
diriwayatkan oleh Malik dan yang lainnya dari dari Abu Said Al Khudri bahwa
Nabi bersabda :
“Sarung
seseorang mukmin sampai setengah betisnya. Dan apa yang berada dibawah mata
kaki, maka tempatnya di neraka. Dan siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong
maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihatnya.”
Disini Nabi menyebutkan dua contoh dalam hukum kedua hal itu,
kerana memang hukum keduanya berbeza. Keduanya berbeda dalam perbuatan, maka
juga berbeza dalam hukum. Dengan ini jelas kekeliruan dan yang mengecualikan
sabda Rasulullah ;
“Apa
yang dibawah mata kaki tempatnya dineraka.”
Dengan sabda baginda :
“Siapa
yang menyeret pakaiannya kerana sombong, tidak akan dilihat oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.”
Memang ada sebahagian orang yang bila ditegur perbuatan Isbal
yang dilakukannya, dia berkata: Saya tidak melakuakan hal ini kerana sombong.
Maka kita katakan kepada orang ini : Isbal ada dua jenis, iaitu
jenis hukumnnya ; adalah bila seseorang melakukannya kerana sombong maka dia
tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan siksa
yang sangat pedih. berbeza dengan orang yang melakukan Isbal tidak kerana
sombong. orang ini akan mendapatkan adzab, tetapi ia masih di ajak bicara,
dilihat dan dibersihkan dosanya. Demikian kita katakan kepadanya.
(diambil dari As’ilah Muhimmah Syaikh Muhammad Ibn Sholeh
Uthaimin
oleh: salafymalaysia
No comments:
Post a Comment