Wednesday 11 December 2013

attaqwa dan wara'

AT-TAQWA DAN WARA’

๐Ÿ“Œ Berkata Al-Imam Daqiiqul ‘Iid ~rahimahullaahu Ta’ala~:

“Tidaklah saya berbicara satu kata, dan mengerjakan satu perbuatan, kecuali saya telah mmpersiapkan bginya jawaban dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla”.

๐Ÿ“‹ Thobaqaat asy Syaafi’iyyah al Kubraa, (9/212).

๐Ÿ”ธ๐Ÿ”ธ๐Ÿ”ธ

๐Ÿ“Œ Ditanya Asy-Syaikh Rabi’ Al-Madkhaliy ~hafizhahullaah~:

Apakah disyaratkan di dalam JARH ahlul bida’ kesepakatan ‘ulama di zaman tersebut atau cukup seorang ‘Alim saja?!!!.

Jawaban:

๐Ÿ”— “Ini adalah merupakan kaedah2 basa basi yang jelek ~baarakallahu fikum~ di masa kapan mereka mnsyaratkan ijma’ seperti ini? Dan mana dalil yang menunjukkan syarat ini?
๐Ÿ”— Apabila Al-Imam Ahmad bin Hanbal atau Yahya ibnu Ma’iin JARH (mengeritik) seorang mubtadi’,” saya katakan, “Wajib bagi dia mengumpulkan imam2 As-Sunnah di dunia seluruhnya untuk mengatakan si fulan ini mubtadi’!!!
๐Ÿ”— Apabila datang 2 orang saksi atas si fulan bahwa dia membunuh, kenapa kita tidak mensyaratkan harus ijma’ dulu ummat atas bahwa dia telah membunuh?

✔ Apabila datang seorang ‘Alim dengan JARH yang terperinci, dan menyelisihinya dua puluh orang, atau lima puluh orang ‘alim, yang tidak ada pada mereka dalil2, tidak ada pada mereka kecuali hanya baik sangka saja dan menghukum zhohirnya, sementara seorang ‘Alim tadi memiliki dalil2 ketika menJARH lelaki tadi, maka sesungguhnya didahulukan JARH dia; karena yang menJARH (pengeritik) ada hujjah, sedangkan hujjah (dalil) itulah yang didahulukn, dan kadang2 hujjah didahulukan walaupun menyelisihinya seluruh penduduk bumi.”

๐Ÿ“‹ Dari kaset Al-Manhaj At-Tamyii’ dan Qawaaidnya.

No comments: