Monday 27 May 2013

akidah yang rosak

Bismillaah.

Asy-Syaikh Mahir Al-Qahthany hafizhahullah memulai tulisannya…

« السلام عليكم ورحمة الله وبركاته، أما بعد: »

Janganlah engkau melakukan penakwilan-penakwilan yang rusak wahai Ahlus Sunnah, karena tidaklah dibinasakan Khawarij, Jahmiyah, Jabriyah, Qadariyah, Quburiyah dan selain mereka kecuali dengan penakwilan-penakwilan yang rusak tersebut. Hal itu dengan akalmu atau hawa nafsumu menganggap baik amal yang tidak saleh.

Engkau mengetahuinya lalu mencari-carikan dalil untuk membelanya dengan penakwilan-penakwilan yang rusak menurut syariat, maka sesungguhnya akibat perbuatan tersebut adalah sangat buruk. Jadi hawa nafsu akan menghalangi seseorang dari kebenaran. Dan cukuplah untuk menunjukkan keburukannya dengan mengetahui bahwa itu termasuk sifat-sifat orang-orang musyrik.

---» Allah Ta’ala berfirman:

إِنْ يَتَّبِعُوْنَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى. [النجم:[23

“Mereka tidaklah mengikuti kecuali dugaan dan apa yang disukai oleh hawa nafsu, padahal telah datang kepada mereka petunjuk dari Rabb mereka.” [An-Najm: 23]

Maka, merupakan aib dan kehinaan jika telah jelas petunjuk bagimu, namun engkau menolaknya dengan dalih-dalih yang rusak atau taklid buta yang tidak ada manfaatnya. Jadi, engkau adalah hamba Allah yang Dia menciptakanmu lalu membaguskan rupamu kemudian menyempurnakannya, engkau bukan budak hawa nafsumu.

---» Allah Ta’ala berfirman:

فَلَمَّا زَاغُوْا أَزَاغَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ. [الصف: 5]

“Tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), maka Allah palingkan hati-hati mereka.” [Ash-Shaff: 5]

---» Juga sebagaimana perkataan Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu:

لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ r يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ فَإِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ.

“Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi was salam kecuali aku kerjakan, karena aku takut akan menyimpang jika aku meninggalkan sedikit saja dari perintah beliau.” [Shahih Al-Bukhary no. 3099, bab Fardhul Khumus]

[Petikan daripada sebuah makalah Asy-Syaikh Mahir Al-Qahthany ~hafidzahullah~ (Murid kepada Asy-Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan ~hafidzahullah~)]

No comments: